Brand Lokal Harus Berpijak pada Kekayaan Budaya Nusantara

Reporter

Tempo.co

Selasa, 9 Oktober 2018 14:27 WIB

Deputi Hubungan Antar Lembaga Bekraf Endah Wahyu Sulistianti, Bupati Belu Willybrodus Lay, Direktur Eksekutif Tempo Institute Mardiyah Chamim, dan co Founder Rumah Estribi Romo Adianto Aloysius mengajak peserta Kombet Kreatif berfoto bersama dan melakukan salam kreatif dalam pembukaan acara itu di Rumah Estribi, Belu, Nusa Tenggara Timur, Minggu, 7 Oktober 2018. Fadwa Fahrudin/TelusuRI

TEMPO.CO, Belu - Kekayaan budaya nusantara bisa menjadi brand lokal yang kuat. “Saat ini trennya kembali ke natural, manfaatkan kekayaan lokal,” kata Ayip Budiman, pendiri Rumah Sanur, Karangasem Bali, Senin, 8 Oktber 2018 saat memberikan materi inspiratif di depan peserta Komunitas Kreatif Bekraf – Tempo Institute atau Kombet Kreatif di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Kombet Kreatif diadakan oleh Tempo Institute bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Ada 12 lawatan kota yang diadakan Kombet Kreatif, yakni Padang, Surabaya, Karangasem, Maumere, Kendari, Malang, Bojonegoro, Bandung Barat, Singkawang, Belu, Kupang, Merauke.

Baca: Kekayaan Budaya Belu Bisa Jadi Peluang Usaha Ekonomi Kreatif

Ayip menuturkan, para pegiat ekonomi kreatif bisa membuat branding dengan berdasarkan kebudayaan yang kuat. “Misalnya di Belu, apa yang paling khas di sini dan bisa merepresentasikan karakter yang unik di Belu,” ucapnya.

Ayip menuturkan, sejatinya, Nusantara sudah mengenal branding luar biasa dari abad 9. “Borobudur adalah branding raksasa di abad 9. Jadi ketika sekarang banyak daerah membuat landmark, Borobudur sudah memulainya 12 abad lalu,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Menurut dia, ada tiga prinsip dasar saat mengembangkan brand lokal harus bisa menciptakan nilai sosial, bisnis, dan produk. Saat menciptakan nilai sosial, brand harus bisa mendorong ekosistem untuk memberikan manfaat, keuntungan, dan dampak yang berkelanjutan. Saat membuat brand yang menciptakan nilai bisnis, harus mampu memunculkan nilai dan daya saing melalui pengembangan desain dan tren. Terakhir, brand harus bisa menciptakan produk berkualitas yang memadukan nilai fungsi, simbolik, dan berdasarkan pengalaman.

Ayip menuturkan, soal merk tidak hanya didominasi oleh pengusaha besar tapi juga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Pelaku usaha ekonomi kreatif juga bisa menguasai merek,” katanya.

Baca: Adu Ide Kreatif Merebut Pasar Besar

Ia mengingatkan, selain membuat branding, pegiat ekonomi kreatif tidak boleh melupakan berjejaring. "Jaringan itu penting sekali dalam usaha. Di dalam kontak jaringan itu ada yang akan membantu kita, mengimbangi dan berempati. Bisa jadi, merekalah yang akan melebarkan pasar kita."

Menurut dia, pegiat ekonomi kreatif harus mengandalkan modal sosial. "Ya berjejaring melalui komunitas,"kata dia.

Direktur Eksekutif Tempo Institute Mardiyah Chamim mengatakan infuencer berpengaruh bisa dillibatkan dalam memasarkan produk. "Ajak influencer memakai produk kita lalu ditambahi dengan storytelling, pasti harganya jauh di atas dan laris," kata dia.

Berita terkait

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

11 jam lalu

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

Sejumlah perpustakaan asing milik kedutaan besar negara sahabat di Jakarta berbenah untuk menarik lebih banyak anak muda, khususnya generasi Z.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

12 hari lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".

Baca Selengkapnya

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

16 hari lalu

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni

Baca Selengkapnya

Pulau Balang Tidak Masuk IKN, Otorita Klaim Lebih mudah Jaga Dugong dan Pesut

40 hari lalu

Pulau Balang Tidak Masuk IKN, Otorita Klaim Lebih mudah Jaga Dugong dan Pesut

Tetap saja pembangunan IKN dinilai akan membuat tekanan terhadap habitat satwa liar. Dan bukan hanya dugong dan pesut, tapi 23 spesies.

Baca Selengkapnya

Hari Dongeng Sedunia, Memahami Kedaulatan Pangan Nusantara melalui Folklor Dewi Padi

46 hari lalu

Hari Dongeng Sedunia, Memahami Kedaulatan Pangan Nusantara melalui Folklor Dewi Padi

Buku Manifestasi Folklor Dewi Padi: Simbol Kearifan tentang Keberlanjutan Pangan, dirilis bertepatan momentum Hari Dongeng Sedunia

Baca Selengkapnya

2024 Target Jadi Kota Festival, Yogyakarta Gencarkan Empat Event Kreatif Ini

46 hari lalu

2024 Target Jadi Kota Festival, Yogyakarta Gencarkan Empat Event Kreatif Ini

Kota Yogyakarta mengusung branding baru sebagai Kota Festival atau city of festival mulai 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Sebut Investasi di IKN Rp 5,3 Triliun dan akan Terus Bertambah

50 hari lalu

Sandiaga Sebut Investasi di IKN Rp 5,3 Triliun dan akan Terus Bertambah

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno jelaskan berbagai upaya untuk menambah investasi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di IKN yang saat ini sebesar Rp 5,3 trilun.

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

51 hari lalu

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Dorong Pengembangan 5 Desa Wisata di Sekitar IKN

52 hari lalu

Sandiaga Dorong Pengembangan 5 Desa Wisata di Sekitar IKN

Sandiaga Uno menyatakan ada lima desa wisata di sekitar IKN yang akan dikembangkan oleh Kemenparekraf.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Beberkan Tiga Sub Sektor Ekonomi Kreatif yang Berkontribusi Besar di IKN, Apa Saja?

52 hari lalu

Sandiaga Uno Beberkan Tiga Sub Sektor Ekonomi Kreatif yang Berkontribusi Besar di IKN, Apa Saja?

Sandiaga Uno menyebutkan dari 17 sub sektor ekonomi kreatif di IKN, sebanyak tiga subsektor yang berkontribusi paling besar. Apa saja?

Baca Selengkapnya