TEMPO.CO, Jakarta - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau UMKM termasuk pihak yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Turunnya pendapatan, PHK bahkan gulung tikar menjadi risiko yang dihadapi oleh para pelaku UMKM. Pelaku UMKM dituntut melakukan suatu terobosan dalam sistem kerja atau model bisnis agar bertahan dan memperoleh kesempatan untuk bangkit.
Salah satu terobosannya dengan memperbaiki sistem informasi dan komunikasi dalam produksi dan penjualannya agar bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang juga turut terdampak wabah. Kondisi inilah yang menjadi alasan Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) mengadakan Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0) pada Juli hingga September 2020, melalui program Inkubasi online.
"Para pelaku UMKM diharapkan dapat bangkit dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang telah melakukan penjualan melalui platform digital lebih dulu sehingga transformasi ekonomi digital di Indonesia bisa maksimal dan pendapatan UMKM meningkat,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Baparekraf Josua Simanjuntak pada konferensi pers yang digelar di Tangerang Selatan, Selasa, 30 Juni 2020.
Josua menjelaskan, Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0) diadakan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi para pelaku UMKM di sektor ekonomi kreatif serta menciptakan ekosistem yang berkualitas bagi para pelaku UMKM khususnya di subsektor fesyen, kuliner dan kriya. Mereka mendapatkan online mentoring, coaching, serta penyediaan platform e-commerce khusus.
Kegiatan ini juga memudahkan para pelaku UMKM Indonesia dapat langsung memasarkan produk / jasa mereka kepada para online reseller. Pengembangan reseller akan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang berjiwa entrepreneur, kreatif dan mandiri.
Direktur Aplikasi dan Tata Kelola Ekonomi Digital Baparekraf Muhammad Neil El Himam menjelaskan, kegiatan inkubasi online ini untuk meningkatkan kemampuan para pelaku UMKM dalam memasarkan produknya. "Sehingga penjualan tidak hanya di Indonesia namun bisa di ekspor ke luar negeri,” kata dia.
Neil mengungkapkan, ada 62 juta UMKM di Indonesia, sebanyak 59 jutanya merupakan usaha mikro. "Dari sekian UMKM, baru 8 juta yang menggunakan Teknologi Informasi Komputer dalam usahanya. Tahun ini akan dilaunching gerakan digital untuk menambah 2 juta UMKM yang bertransformasi secara digital," kata dia.
Ia menjelaskan, pada BDE tahap 1 atau BDE 1.0 , sebanyak 2.300 pelaku UMKM telah bermigrasi dari berjualan secara konvensional ke jualan secara online di marketplace nasional sejak 2017. Baparekraf memandang perlu untuk meningkatkan kelas para pelaku UMKM serta memperkuat fundamental bisnis melalui BDE 2.0.
Sasaran dalam Baparekraf Digital Entrepreneurship adalah 300 peserta yang terbagi atas 100 peserta per bulan dari periode Juli hingga September 2020. Selanjutnya, peserta akan diperas lagi hingga menyisakan sepuluh yang terbaik setiap bulan untuk melakukan presentasi final guna menunjukkan kemajuan usaha mereka dan memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam program-program pengembangan lain.