Pelaku Ekonomi Kreatif Harus Mengenal Target Pasar
Reporter
Sujatmiko (Kontributor)
Editor
Istiqomatul Hayati
Jumat, 28 September 2018 06:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pelajaran penting bagi para pelaku ekonomi kreatif agar belajar mengenal target pasar. Target pasar menjadi sangat penting, apakah produk yang dibuat diterima atau tidak. ”Siapa targetnya, kita harus tahu dulu,” ujar Project Manager Tata Rupa, Vincentius Surya Putra di acara Pendampingan Komunitas Kreatif Bekraf-Tempo Institute (Kombet Kreatif) di Kantor Pusat Pengembangan Ekonomi Kreatif (PPIK) di Desa Sukorejo, Bojonegoro, Jawa Timur Kamis 27 September 2018.
Kombet Kreatif digelar oleh Tempo Institute bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Kombet Kreatif melawat 12 kota, salah satunya Bojonegoro. Di Bojonegoro, selain Vincentius dari Tata Rupa, sebuah wadah yang mempertemukan antara desainer dengan pelaku ekonomi kreatif, ada Arief Ayip Budiman, co founder Rumah Sanur, yang menjadi pembicara inspiratif dalam program ini. Di Kombet Kreatif juga diperkenalkan skill storytelling untuk meningkatkan nilai jual produk ekonomi kreatif yang dibawakan oleh para wartawan Tempo.
Baca: Tempo Institute Dampingi Pelaku Ekonomi Kreatif Belajar Bercerita
VincentiusVincenVincenVincentuVincdeVincenVincentius menjelaskan, sebuah produk ekonomi kreatif harus bisa tembus di toko-toko atau hotel. Tentu saja, kata dia, standar harus dinaikkan dan pelaku ekonomi kreatif mengetahui apa yang disukai orang-orang di tempat lain. “Tes pasar itu penting untuk mengetahui apakah barang yang kita buat itu sudah ada di pasaran dan bagaimana kesukaan pasar."
Terkait soal pengemasan, Vincentius mengibaratkan seperti saat kita mengenakan baju. Kita harus bisa membedakan baju yang dipakai itu untuk kondangan atau pergi ke pasar.
Baca: Begini Memetakan Potensi Desa Bersama Kombet Kreatif
Menurut VincentiusVincentius, pelaku ekonomi kreatif hendaknya tidak kapok untuk terus mencoba. "Jangan gampang menyerah. Kalau gagal, terus mencoba sampai mendapatkan hasil yang maksimal dan disukai konsumen." Ia memberikan, pelaku ekonomi kreatif sebaiknya membuat produk dan pengemasannya bervariasi. "Siapa tahu satu segmen sepi, yang lainnya malah berhasil," kata dia menegaskan.
Seorang peserta diskusi, Anggi, mempertanyakan biaya membranding sebuah produk ekonomi kreatif. Menurut Vincentius, harga membranding itu bervariasi tergantung kemampuan dan kesepakatan pelaku ekonomi kreatif dan desainernya. "Tapi ingat, bagus belum tentu laku. Terkadang, meski biasa justru lebih laku."
Sujatmiko