Dari Pisang, Margareta Ingin Berdayakan Masyarakat Kota Maumere

Reporter

Tempo.co

Minggu, 16 September 2018 12:06 WIB

Margareta Rahayu dengan contoh produk keripik pisang produk ekonomi kreatif yang dirintisnya sejak empat tahun lalu. Ia adalah peserta Kombet Kreatif yang diadakan Tempo Institute bekerja sama dengan Bekraf pada 14-16 September 2018 di St. Camillus Social Center, Maumere, Nusa Tenggara Timur.

TEMPO.CO, Maumere - Usaha ekonomi kreatif Keripik Pisang Wailiti yang dirintis lima tahun lalu tak akan terjadi bila tak ada kepedulian Margareta Setia Rahayu, 50 tahun, terhadap ekonomi masyarakat Flores. Rumahnya yang berada di pinggir jalan besar kerap dilewati truk-truk besar yang mengangkut hasil bumi masyarakat Flores terutama pisang ke Jawa.

Ia berpikir beratus-ratus tandan pisang itu dibeli dari petani langsung dengan harga sangat murah. Satu tandan pisang dibeli dengan harga Rp 15-20 ribu. “Tapi kekayaannya diambil luar, jadi masyarakat Kota Maumere tetap gak dapat apa-apa,” ujar Margareta, salah satu peserta Komunitas Kreatif Bekraf – Tempo Institute di St. Camillus Social Center, Kota Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Minggu, 16 September 2018. Kombet Kreatif diadakan Tempo Institute bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Baca: Susi, Pegiat Ekonomi Kreatif yang Sulap Sampah Jadi Wisata

Mantan pedagang barang-barang rohani itu kemudian memulai mencoba bagaimana mengolah pisang yang awet, sehat, dan bergizi. “Gagal berkali-kali, saya terus trial and error,” katanya. Ia pantang menyerah untuk mendapatkan rasa pada keripik pisang.

Hingga akhirnya ia bertemu seorang teman, seorang penyuluh di lapangan yang mengajarinya membuat bumbu tabor. “Tapi waktu saya coba, rasanya gatal di tenggorokan karena banyak menggunakan vetsin.” Margareta kembali mencoba membuat bumbu. “Saya ingin keripik pisang itu bisa aman dikonsumsi.”

Advertising
Advertising

Berbekal nekat, perempuan asal Surabaya ini membuat stiker merek keripik pisangnya. Ia lalu mengemasnya dan membawanya ke Kupang. Ada rasa bawang, manis, dan pedas. Tapi saat itu, ia merasa belum percaya diri lantaran rasa keripik pisangnya belum benar-benar enak dan teksturnya kurang kriuk.

Baca: Usaha Ekonomi Kreatif Anak SMP yang Memanfaatkan Perca Kain Tenun

Margareta kembali menjajal pengolahan rasa pisang yang enak. Ia kemudian memberanikan diri menjualnya dalam bungkus-bungkus kecil dengan harga Rp 1000-an dan dijual di kios-kios kecil dekat sekolah. “Satu bulan dapatnya Rp 200 ribu saja itupun banyak yang retur karena apek kalau sudah sebulan,” ujarnya.

Suatu hari, ia mendapatkan informasi ada mesin penirisan minyak yang bisa membuat makanan lebih awet, kering, dan tetap kriuk. “Harganya mahal banget Rp 4 juta.” Ia tetap membeli lantaran merasakan manfaatnya. “Dengan bantuan mesin ini, Keripik Pisang Wailiti ini bisa bertahan sampai empat bulan tetap kriuk, rasa tidak berubah, dan tetap aman dikonsumsi,” ucapnya.

Setelah berbagai percobaan dilewati, Margareta mulai berani memasarkan ke toko-toko dan datang ke dinas-dinas. Tapi salah seorang yang bertugas di Satuan Kerja Perangkat Dinas justru mencibir upayanya. “Mana mungkin bisa berkembang di Maumere. Beli beras saja susah kok mau beli keripik pisang.”

Baca: Pegiat Ekonomi Kreatif, Buatlah Branding yang Berakar Lokal

Margareta bergeming. Ia tetap memasarkan keripik pisangnya. Varian rasa keripik pun mulai bertambah menjadi cokelat. “Saya akan coba lagi rasa buah-buahan seperti stroberi,” ujarnya. Saat ini, kata Margareta, dari keuntungan Rp 200 ribu, ia bisa mendapatkan laba sekitar Rp 11 juta per bulan dan memperkerjakan tiga orang karyawan. “Kalau ada pesanan membeludak, saya minta bantuan masyarakat untuk membantu pengupasan pisang dan pengemasan.”

Tak sekadar mencari keuntungan. Margareta juga menyerahkan limbah kulit pisang kepada warga sekitar untuk dijadikan pangan babi. “Kandungan kulit pisang lebih lengkap ketimbang batangnya (bonggol),” ujarnya.

Bahkan minyak bekas penggorengan, ia jual kembali. “Penggorengan keripik ini hanya dua kali. Saya tawarkan di Facebook siapa yang mau minyak jelantah, ternyata banyak yang berminat.” Satu jeriken isi 5 liter minyak jelantah dijualnya dengan Rp 20 ribu.

Berita terkait

Usai Santap Menu Lebaran Normalkan Kolesterol dengan 5 Buah-buahan Ini, Termasuk Alpukat dan Nanas

24 hari lalu

Usai Santap Menu Lebaran Normalkan Kolesterol dengan 5 Buah-buahan Ini, Termasuk Alpukat dan Nanas

Beberapa buah dapat menurunkan kadar kolesterol. Saatnya mengonsumsi alpukat, buah beri hingga nanas untuk luruhkan kolesterol jahat.

Baca Selengkapnya

Bantuan BRI Dorong Kenaikan Omzet Petani Pisang Cavendish Pasuruan

41 hari lalu

Bantuan BRI Dorong Kenaikan Omzet Petani Pisang Cavendish Pasuruan

Di tengah arus perkembangan industri pertanian yang semakin maju, terdapat cerita menarik dari petani di Desa Wonorejo, Pasuruan, Jawa Timur yang patut diperhatikan.

Baca Selengkapnya

5 Kreasi Resep Pisang Ijo untuk Berbuka Puasa yang Enak

46 hari lalu

5 Kreasi Resep Pisang Ijo untuk Berbuka Puasa yang Enak

Bahan makanan pisang ijo bisa dikreasikan menjadi beragam jenis hidangan menarik. Berikut 5 kreasi resep pisang ijo yang bisa Anda recook.

Baca Selengkapnya

2024 Target Jadi Kota Festival, Yogyakarta Gencarkan Empat Event Kreatif Ini

55 hari lalu

2024 Target Jadi Kota Festival, Yogyakarta Gencarkan Empat Event Kreatif Ini

Kota Yogyakarta mengusung branding baru sebagai Kota Festival atau city of festival mulai 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Sebut Investasi di IKN Rp 5,3 Triliun dan akan Terus Bertambah

59 hari lalu

Sandiaga Sebut Investasi di IKN Rp 5,3 Triliun dan akan Terus Bertambah

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno jelaskan berbagai upaya untuk menambah investasi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di IKN yang saat ini sebesar Rp 5,3 trilun.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Dorong Pengembangan 5 Desa Wisata di Sekitar IKN

14 Maret 2024

Sandiaga Dorong Pengembangan 5 Desa Wisata di Sekitar IKN

Sandiaga Uno menyatakan ada lima desa wisata di sekitar IKN yang akan dikembangkan oleh Kemenparekraf.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Beberkan Tiga Sub Sektor Ekonomi Kreatif yang Berkontribusi Besar di IKN, Apa Saja?

14 Maret 2024

Sandiaga Uno Beberkan Tiga Sub Sektor Ekonomi Kreatif yang Berkontribusi Besar di IKN, Apa Saja?

Sandiaga Uno menyebutkan dari 17 sub sektor ekonomi kreatif di IKN, sebanyak tiga subsektor yang berkontribusi paling besar. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

14 Maret 2024

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

Menteri Sandiaga Uno menyebut nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp 1,4 triliun. Melampaui target.

Baca Selengkapnya

10 Pilihan Bernutrisi untuk Asupan Sahur

11 Maret 2024

10 Pilihan Bernutrisi untuk Asupan Sahur

Saat sahur asupan bernutrisi bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan fisik menjalani puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Pisang Transgenik Disetujui untuk Ditanam, Akankah Jadi Menu Makan Siang Gratis?

9 Maret 2024

Pisang Transgenik Disetujui untuk Ditanam, Akankah Jadi Menu Makan Siang Gratis?

Australia dan Selandia Baru mengizinkan petani menanam pisang transgenik yang tahan jamur. Pisang menjadi menu saat simulasi makan siang gratis.

Baca Selengkapnya