Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menakar Ulang Makna Sukses, Belajar dari Masyarakat Adat

Reporter

Editor

Aisha Shaidra

image-gnews
Peneliti Rara Sekar dan Ben Laksana mempresentasikan penelitian mereka di acara Panggung Indonesia 2045: Meet Young Scientist yang digelar di Tempo Media Week
Peneliti Rara Sekar dan Ben Laksana mempresentasikan penelitian mereka di acara Panggung Indonesia 2045: Meet Young Scientist yang digelar di Tempo Media Week
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat kerap berpikir makna sukses adalah soal pencapaian individu. Selama ini, kebanyakan orang punya narasi tunggal soal mana sukses, dan menganggap hal itu sudah tuntas, tak perlu lagi diperdebatkan. Apa saja yang bisa dilontar kala kata ditanya, apa makna sukses? Berpendidikan tinggi, bekerja di perusahaan bonafide, bergaji besar. Atau menjadi pegawai negeri, berseragam, dan punya jaminan hidup nyaman.

Lain hal ketika menanyakan hal tersebut pada sekelompok pemuda di Ngadas, yang terletak di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Berdasarkan penelitian antropologis yang dilakukan Rara Sekar, pemuda di Desa Adat Ngadas, punya sudut pandang berbeda soal makna sukses.

Nilai-nilai adat berpengaruh kuat terhadap sudut pandang masyarakatnya. Di Ngadas, para pemudanya sama sekali tak punya makna sukses adalah pencapaian seseorang, secara individual. Sukses, berdasarkan hasil penelitian Rara di Ngadas bersifat sosial, kolektif. Sukses itu dicapai bersama, dengan modal yang juga dikumpulkan secara kolektif. “Kesuksesan ekonomi bukan melulu untuk dirinya sediri. Kesuksesan itu untuk sesuatu yang kolektif, guyub rukun,” tutur Rara.

Hasil riset yang menarik ini disampaikan Rara dalam Seminar Indonesia 2045: Meet Young Scientists, yang digelar Tempo Media Week 2019 di Perpustakaan Nasional, Sabtu, 7 Desember 2019.

Anak muda dari Ngadas menjadi studi kasus yang menarik sebab mereka memilih untuk tinggal di desa, menjadi petani kentang dan berhenti sekolah setelah SMP. Pilihan hidup seperti ini tidak sejalan dengan narasi besar pembangunan di Indonesia yang mendefinisikan kesuksesan dengan urbanisasi, hidup di kota besar dan kerja kantoran dengan prestasi pendidikan yang tinggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para pemuda ini kerap bekerja sama, mengumpulkan modal sosial untuk menjaga kebersamaan dan kerukunan. Hal tersebut lanjut Rara, dilandasi dengan kuatnya relasi timbal-balik, adanya rasa tanggung jawab komunal serta kuatnya siklus gift-giving.

Lebih lanjut lagi, bagi anak muda Ngadas ini sukses bukan lagi soal akumulasi modal ekonomi. Jauh dari itu, sukses melibatkan rasa kepemilikan atas ruang, kebersamaan, dan berelasi secara timbal-balik dengan menjaga relasi sosial yang bermakna.

Temuan riset ini menurut Rara menghadirkan banyak pertanyaan yang cukup kontemplatif. Soal sejauh mana kebijakan pendidikan dan pembangunan Indonesia sudah memahami keragaman pemaknaan dan kebutuhan akan kesuksesan yang kontekstual?

Fakta yang ditemukan dari salah satu Desa Adat saja, sesungguhnya sudah memberikan gambaran baru, betapa beragamnya sudut pandang serta nilai yang hadir di tengah masyarakat. Sedang selama ini, sebagian besar masyarakat kadung mengaminkan narasi tunggal. Temuan ini menghadirkan pertanyaan soal apa dampak kebijakan dan narasi-narasi besar soal kepemudaan selama ini yang justru mematikan keberagaman atas nama pembangunan?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Komunitas Adat Tuntut Pemerintahan Prabowo Sahkan RUU Masyarakat Adat

2 hari lalu

Gerakan Rakyat Kawal Masyarakat Adat (Gerak Masa) melakukan demonstrasi menuntut hak masyarakat adat di Kawasan Patung Kuda, Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2024. Aksi yang terdiri dari Masyarakat Adat, Aktivis dan Buruh ini membawa 8 tuntutan salah satunya Mendesak Pemerintah Prabowo-Gibran agar mengesahkan RUU Masyarakat Adat dalam 100 hari pertama pemerintahannya. TEMPO/Ilham Balindra
Komunitas Adat Tuntut Pemerintahan Prabowo Sahkan RUU Masyarakat Adat

Selama sepuluh tahun terakhir, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara mencatat terdapat 687 konflik agraria di wilayah adat seluas 11,07 juta hektar.


Terpopuler: Daftar Menteri Jokowi yang Dikabarkan Lanjut di Kabinet Prabowo, Manoj Punjabi Jadi Direktur Utama Net TV

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo bersama Mentri ESDM Bahlil Lahadalia saat menghadiri Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto Peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis, 8 Oktober 2024. TEMPO/Muhammad Rizki Yusrial
Terpopuler: Daftar Menteri Jokowi yang Dikabarkan Lanjut di Kabinet Prabowo, Manoj Punjabi Jadi Direktur Utama Net TV

Pergantian pemerintahan dari Presiden Jokowi ke Presiden Terpilih Prabowo Subianto semakin dekat. Sejumlah nama menteri Jokowi dikabarkan masih ada.


Gelar Aksi di Depan DPR, Masyarakat Adat Tagih Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat

3 hari lalu

Rukmini Petoheke, 53 tahun, warga Ngata Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, saat ditemui di sela-sela aksi masyarakat adat di depan Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2024. TEMPO/Han Revanda Putra
Gelar Aksi di Depan DPR, Masyarakat Adat Tagih Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat

Ratusan masyarakat adat dari berbagai wilayah berkumpul di depan Gedung DPR pagi ini, Jumat, 11 Oktober 2024. Tuntut pengesahan RUU Masyarakat Adat.


Proyek Geothermal di Poco Leok, PLN Mengaku Sudah Sosialisasi dan Dapat Dukungan Warga

9 hari lalu

Kawasan Poco Leok di NTT. Shutterstock
Proyek Geothermal di Poco Leok, PLN Mengaku Sudah Sosialisasi dan Dapat Dukungan Warga

PLN memberikan tanggapan atas bentrokan yang kembali terjadi antara aparat gabungan dengan masyarakat adat Poco Leok 2 Oktober 2024.


Tambah Musik ke Status WhatsApp dan Bentrokan Poco Leok di Top 3 Tekno

9 hari lalu

Ilustrasi status WhatsApp. shutterstock.com
Tambah Musik ke Status WhatsApp dan Bentrokan Poco Leok di Top 3 Tekno

Selain tambah musik ke status WhatsApp dan konflik yang memanas dari lokasi bakal proyek geothermal di Poco Leok, ada juga tips aplikasi download film


Konflik Proyek Geothermal Poco Leok, Jurnalis Floresa Jadi Korban Kekerasan Polisi

10 hari lalu

Ilustrasi Penyiksaan oleh Polisi atau Kekerasan oleh Polisi. shutterstock.com
Konflik Proyek Geothermal Poco Leok, Jurnalis Floresa Jadi Korban Kekerasan Polisi

Jurnalis yang juga Pemimpin Redaksi Floresa ditangkap dan dianiaya serta isi ponselnya digeledah saat meliput unjuk rasa masyarakat adat Poco Leok.


Bentrok Lagi, Aparat dan Masyarakat Adat Poco Leok yang Tolak Proyek Geothermal PLN

10 hari lalu

Warga Poco Leok, NTT melakukan aksi penolakan Proyek Geotermal Poco Leok namun menghadapi kekerasan aparat. Foto: Istimewa
Bentrok Lagi, Aparat dan Masyarakat Adat Poco Leok yang Tolak Proyek Geothermal PLN

Puluhan warga masyarakat adat dan seorang jurnalis disebut menjadi korban penggunaan kekuatan berlebih aparat. Didahului perintah Jokowi di Jakarta?


Tanggapi Pelantikan DPR RI, AMAN: Kami Menunggu Pengesahan RUU Masyarakat Adat

13 hari lalu

Sekretaris Jenderal AMAN, Rukka Sombolinggi. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.
Tanggapi Pelantikan DPR RI, AMAN: Kami Menunggu Pengesahan RUU Masyarakat Adat

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) meminta DPR yang dilantik hari ini segera mengesahkan RUU Masyarakat Adat.


AHY Klaim Telah Melindungi Hak Tanah Ulayat Milik Masyarakat Adat

18 hari lalu

Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) menyerahkan sertifikat tanah kepada warga eks Timor Timur di Desa Oebola dalam, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu 14 September 2024. Kementerian ATR/BPN menyerahkan sebanyak 505 sertifikat tanah dari program redistribusi tanah kepada masyarakat eks Timor Timur. ANTARA FOTO/Mega Tokan
AHY Klaim Telah Melindungi Hak Tanah Ulayat Milik Masyarakat Adat

Menteri ATR/BPN, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengklaim telah melindungi hukum hak atas tanah ulayat milik masyarakat adat yang ada di seluruh Indonesia


Jokowi Ingin Bandara IKN Dibuka untuk Masyarakat Umum

20 hari lalu

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono (kiri) usai menyaksikan uji coba landasan pacu Bandara VVIP IKN di Kalimantan Timur, Minggu 25 Agustus 2024.. ANTARA/HO-Humas Kemenhub
Jokowi Ingin Bandara IKN Dibuka untuk Masyarakat Umum

Presiden Jokowi mengharapkan bandara IKN tidak hanya dipergunakan untuk tamu Very Very Important Person.