TEMPO.CO, Karangasem - Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri meminta para pelaku ekonomi kreatif di tiap desa di Karangasem membuat branding. “Jika branding Karangasem adalah the spirit of Bali, seharusnya setiap desa juga punya branding sendiri sebagai desa wisata,” kata dia saat membuka Pendampingan Kombet Kreatif yang diadakan oleh Tempo Institute bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada Senin, 10 September 2018 di Taman Soekasada Ujung, Karangasem, Bali.
Ayu Mas mengatakan, Karangasem yang menjadi kepala dari Pulau Bali, sebenarnya beruntung secara geografis dan kultur. Gunung terbesar di Bali, Gunung Agung berada di Karangasem. Di kabupaten ini juga menjadi daerah yang memiliki garis pantai paling panjang kedua di Pulau Bali. Adapun secara kultur, di Karangasem ada dua pura agung, yakni Pura Besakih dan yang sekarang sedang diburu untuk obyek foto, Pura Lempuyang.
“Dengan situasi itu, sudah seharusnya di desa dikembangkan desapreneur, tiap pelaku usaha ekonomi kreatif harus terlibat dalam Pokdarwis atau kelompok Sadar Wisata,” kata Ayu Mas. Ia mengharapkan, dengan berkah yang diterima Karangasem ini, sudah seharusnya Pendapatan Asli Daerah meroket. Saat ini, PAD Karangasem baru Rp 235 miliar. “Jauh dari PAD Kota Badung yang mencapai Rp 10 Triliun,” ujarnya.
Karangasem menjadi kota ketiga yang didatangi program Kombet Kreatif. Ada 12 kota yang dipilih yakni Kota Padang, Surabaya, Karangasem, Kendari, Maumere, Singkawang, Malang, Bojonegoro, Bandung Barat, Belu, Kupang, dan Merauke. Setiap program berlangsung tiga hari. Para komunitas dan pelaku usaha ekonomi kreatif belajar membuat branding melalui storytelling.
Program ini bertujuan mempererat jejaring komunitas kreatif di tingkat kota dan kabupaten. Setiap kota, setiap kabupaten, memiliki kekayaan potensi ekonomi kreatif yang unik dan khas. Bali, misalnya, sangat kuat memiliki potensi di pariwisata, seni pertunjukan, serta alam yang luar biasa diakui seluruh dunia. Komunitas kreatif berbagai bidang di Bali perlu berkolaborasi dan menjadi pendorong kemajuan ekonomi kreatif.
Direktur Eksekutif Tempo Institute Mardiyah Chamim mengatakan kota yang maju adalah kota yang menggerakkan komunitasnya. “Di Karangasem, ternyata komunitas sudah beralan dengan baik. Mereka ada tradisi melali (jalan-jalan), mebat (memasak), dan hebatnya tradisi mebat ini harus dilakukan oleh pria,” kata dia. Ia berharap para pelaku dan komunitas kreatif di Karangasem berkolaborasi. “Dan jangan lupa melibatkan anak muda dalam berkolaborasi.”