Arief mengungkapkan, perputaran uang dari bisnis di Kota Tangerang menembus angka Rp 70 triliun. Apabila diasumsikan semua membayar zakat 2,5 persen, terkumpullah dana Rp 1,75 triliun. “Jadi Rp 15 miliar itu kecil,” kata Arief sembari menambahkan bahwa potensi itu bisa diraih jika manajemen pengumpulan zakat dikelola secara profesional dan optimal memanfaatkan teknologi.
Baca: Paytren Rilis Aplikasi Baru Paytren 5.17
Optimisme Arief juga terinspirasi oleh pengelolaan Masjid Jogokaryan Yogyakarta. Di sana, kata Arif, dana jemaah dikelola secara produktif untuk kesejahteraan masyarakat sekitar. Ia mencontohkan ATM beras buat warga kurang mampu. Dengan kartu, penduduk yang secara ekonomi kurang beruntung tadi bisa mengambil beras setiap saat. Masjid ini juga memberikan alokasi dana pendidikan Rp 600 ribu per tahun untuk anak sekolah.
“Masjid punya hotel, yang tarifnya relatif terjangkau, yaitu Rp 150 ribu per malam. Ini artinya masjid menyejahterakan umat,” kata Arief. “Konsep digitalisasi masjid adalah saling membantu dan gotong royong. Selama ini terkesan dana masjid ya untuk masjid. Padahal yang benar dana masjid untuk kesejahteraan umat.”
Mimpi Wali Kota Tangerang berikutnya, yaitu memperluas sisten digitalisasi di luar masjid: fintech untuk majelis taklim, fintech masuk lingkungan pabrik, sehingga karyawan yang hendak bersedekah ke masjid melalui Paytren.
E-Money atau uang elektronik Paytren resmi diluncurkan pad 1 Juni 2018 setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia. Peluncuran dilakukan di Pesantren Daarul Qur'an, Tangerang, oleh pendirinya KH Yusuf Mansur dan dihadir sebelas menteri dan pejabat setara menteri.
Arief juga akan mengajak para pedagang kaki lima di Taman Potret atau Taman Gajah. “Konsumen yang membeli ketoprak atau makanan lainnya tidak lagi pakai uang tunai, cukup aplikasi fintech. Model pembayaran ini sudah diterapkan di banyak tempat. Kalau di pusat belanja bisa, pedagang kaki lima pun bisa,” kata Arief yang pernah mejabat direktur dan presiden direktur di sejumlah perusahaan itu.
Potensi lainnya, kata Arief, yaitu penarikan retribusi dengan fintech. Uang retribusi yang dibayarkan akan dikembalikan untuk pendanaan akses wifi dan kebersihan tempat berjualan. “Awal tahun 2019 kami akan mulai sistem pembayarannya. Ini akan menguntungkan pedagang dan memudahkan konsumen, karena sama-sama memanfaatkan telepon pintar berbasis android,” kata Wali Kota Tangerang ini.