TEMPO.CO, Jakarta - Banyak masyarakat Indonesia yang berniat untuk sekolah setinggi-tingginya. Sayang, untuk menggapai mimpi, ada saja hambatan mereka. Salah satunya berasal dari keuangan. Tidak heran berbagai festival beasiswa pasti dipenuhi oleh para pencari beasiswa . Product Strategist Scholarship Hunters (Schoters) Wahidatul Mukaramah mengatakan ada tiga mitos yang sering sekali dipercaya masyarakat pencari beasiswa di Indonesia.
Baca: Menteri Keuangan Sri Mulyani Luncurkan Beasiswa LPDP untuk Santri
Mitos pertama adalah beasiswa hanya untuk orang yang aktif organisasi. Kedua adalah beasiswa hanya untuk orang yang memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) di atas 3. Kepercayaan akut lain yang selalu diamini adalah beasiswa hanya untuk orang-orang dengan lulusan universitas ternama. "Semua itu hanya mitos," katanya pada sesi Scholarship 101, di Tempo Media Week 2018, Gedung Tempo, Sabtu 15 Desember 2018.
Ida mencontohkan pengalamannya. Ida mengatakan saat S1, ia mengikuti kelas karyawan di kampusnya. Biasanya pada kelas karyawan, sangat sedikit orang yang mengikuti berbagai organisasi kampus. "Paginya kan kita kerja, jadi sudah tidak ada waktu lagi untuk aktif organisasi. Tapi saya bisa tetap diterima Netherlands Fellowship Programme," katanya.
Pada mitos kedua, Ida pun mengatakan sering sekali mendapatkan informasi bahwa ada saja temannya yang mendapatkan beasiswa walaupun IPK mereka di bawah 3. "Hal itu berbeda kan dengan mitos yang selalu dipercaya masyarakat," katanya. Ia terus menyemangati masyarakat untuk mencari beasiswa walaupun berkali-kali mengalami kegagalan.
Baca: Lika-liku Mendapatkan Beasiswa Sekolah ke Luar Negeri
Terkait mitos terakhir, Ida mengatakan ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Belanda padahal ia berasal dari sebuah universitas swasta di Kupang. "Bahkan dulu universitas saya memiliki akreditasi C. Tapi saya tetap diterima tuh," kata Ida.
Tempo Media Week 2018 digelar di Gedung Tempo, Jalan Palmerah Barat 8, Jakarta pada Jumat-Minggu, 14-16 Desember 2018. Perhelatan tahun ini menyusul kesuksesan tahun lalu yang digelar di Gedung Perpustakaan Nasional. Tahun ini, Tempo Media Week 2018 pulang ke kandangnya sendiri.
Ilustrasi beasiswa. shutterstock.com
Tema yang diusung Tempo Media Week 2018 melanjutkan apa yang dibicarakan tahun lalu, yakni Hand in Hand for A Better Digital Society. Direktur Eksekutif Tempo Institute Mardiyah Chamim yang menjadi ketua panitia Tempo Media Week 2018 menuturkan, revolusi digital telah mengubah zaman.
"Menjadi kreatif dan orisinal adalah kunci untuk menghadapi perkembangan digital," ujar Mardiyah. Ia menegaskan kemampuan literasi adalah skill yang melatih daya kreativitas. Tempo Media Week menggelar berbagai kegiatan literasi yang mengasah kreativitas Anda.
Baca: Sri Mulyani: Anak Pegawai Kemenkeu Korban Lion Air Dapat Beasiswa
Di antaranya kegiatan MasterClass bersama 14 orang ahli di bidang penulisan dan kreativitas. Kelas master ini akan diampu orang-orang hebat seperti penulis biografi tokoh Alberthiene Endah, Direktur Tempo.co Burhan Sholihin, ilustrator Tempo Kendra, komika Nurbianto, dan penulis perjalanan Trinity.