TEMPO.CO, Jakarta - Jika kita bertanya soal kopi, yang tergambar adalah robusta, arabika, kopi luwak, atau single origin dari berbagai daerah. Tahukah Anda, Mohammad Tawwabur Rokhim bisa menghidangkan secangkir kopi panas dari biji secang. Secang? Iya, ini biji dari tanaman secang, yang biasa hanya dimanfaatkan kayunya untuk membuat wedang secang, wedang uwuh, atau memandikan bayi untuk mendapatkan rasa hangat.
Itu dari kayunya. Tapi Tawwab mampu mengolah biji secang menjadi kopi senikmat kopi espresso yang biasa kita cecap di kafe. "Rasanya pahit dan kandungannya bermanfaat untuk kesehatan seperti menyembuhkan masuk angin, kencing manis atau diabetes dan mencegah kelumpuhan," kata Tawwab kepada Tempo, di sela-sela Pendampingan Komunitas Kreatif Bekraf - Tempo Institute atau Kombet Kreatif di Gedung Pusat Pengembangan Industri Kreatif Bojonegoro, Jumat, 28 September 2018.
Baca: Tempo Institute Dampingi Pelaku Ekonomi Kreatif Belajar Bercerita
Pendampingan Kombet Kreatif ini digelar Tempo Institute bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Bojonegoro adalah satu dari 12 kota lawatan Kombet Kreatif. Untuk di Bojonegoro, pendampingan Kombet Kreatif didukung oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Bojonegoro. Ada 40 peserta yang terpillih mengikuti Kombet Kreatif.
Tawwab mengakui banyak orang merasa penasaran dan sukar mempercayai biji secang yang mudah tumbuh di pekarangan dan pinggiran hutan itu bisa menjadi kopi. Berkat ketekunannya meneliti kandungan tanaman biji secang, akhirnya ditemukan pelbagai manfaat. “Sejak itu, kopi biji secang mulai dikenal.
Baca: Pelaku Ekonomi Kreatif Harus Mengenal Target Pasar
Ia mengakui, pekerjaan mengolah biji secang ini tidak diolahnya sendirian. Ia mengajak sejumlah anak-anak muda di kampungnya untuk mengolah biji secang menjadi kopi yang sedap dinikmati. Mulai dari penyediaan bahan baku juga pemasaran produk tanaman secang. "Biji dan kayu saya titip ke anak-anak muda yang mencari kayu di hutan." Setelah ditumbuk menjadi kopi, ia mengemasnya dan menggunakan branding Cah Angon, sesuai julukannya selama ini.
Tak ingin membuang limbah, Tawwab benar-benar memanfaatkan tanaman secang ini. "Limbah kayu secang dibuat menjadi gelang, monel, cincin, dan pernak-pernik lain," ujarnya seraya menunjukkan gelang dari kayu secang itu.
SUJATMIKO