TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia atau BI, Doddy Budi Waluyo mengatakan bila bank sentral tak melakukan intervensi pasar dan menaikkan suku bunga acuan depresiasi rupiah bisa mencapai angka 15 persen. Karena itu, dia mengatakan, BI akan terus menjalan segala usaha untuk terus menstabilkan nilai tukar.
Baca juga: Moodys Ingatkan Dampak Negatif Jika Rupiah Rerus Melemah
"Kami sudah naikkan suku bunga hingg 125 bps selama 4 bulan terakhir dan intervensi valas besar. Kalau gak ada, depresiasi bisa membesar sampai 10 hingga 15 persen,” kata Dody di Grand Ballroom Kempinski Jakarta, Jumat 14 September 2018.
Adapun menurut data BI, sejak Januari hingga September 2018 atau year to date, rupiah telah melemah sebanyak 7,5-8 persen. Adapun merujuk data RTI, secara year to date, rupiah hingga Jumat, 14 September 2018, telah melemah sebanyak 9,09 persen.
Sementara itu, merujuk pada Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR, nilai tukar rupiah kembali melemah pada Jumat, 14 September 2018 menjadi Rp 14.835 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp 14.794. Sedangkan di pasar valas, melansir data RTI, rupiah diperdagangkan berada di level Rp 14.792 per dolar Amerika Serikat hingga pukul 19.00 WIB.
Dodi menjelaskan, untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar, invervensi ganda di pasar valas. Dengan intervensi di pasar valas itu, BI berharap likuiditas bisa terus terjaga. Sedangkan invervensi lain yang bakal dilakukan adalah dengan membeli kembalo Surat Berharga Negara atau SBN yang dilepas oleh investor asing. Dengan cara ini, capital inflow diharapkan bisa terus terjaga.
Selain itu, BI juga masih memiliki opsi untuk menaikkan kembali tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Daya Repo Rate demi menjaga stabilitas nilai tukar. Apalagi, hingga akhir tahun, otoritas bank sentral Amerika Serikat atau The Fed berencana menaikan 2 kali lagi suku bunga acuan mereka.
Adapun, kata Dodi, strategi intervensi pasar dan menaikan suku bunga itu merupakan upaya jangka pendek dalam menjaga stabilitas rupiah. Ia berharap, dalam jangka panjang, strategi lain bisa diterapkan melalui peningkatan ekspor dan melalui percepatan pemanfaatan barang substitusi pengganti impor.
"Kebijakan peningkatan pariwisata juga diharapkan bisa menjadi solusi membantu (stabilkan rupiah)," kata Dody.