TEMPO.CO, Jakarta - Kisah-kisah pegiat ekonomi kreatif yang sukses acapkali dimulai dari keterbatasan. Hal serupa dialami Singgih Kartono, founder radio magno/radio kayu dan spedagi (sepeda dari bambu) ini juga mengalami jatuh bangun saat memulai inisiatifnya menghidupkan desa. “Keterbatasan itu jangan bikin kita gampang menyerah,” katanya saat berbagi inspirasi dalam program pendampingan Kombet Kreatif yang diadakan Tempo Institute bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di Taman Soekasada Ujung, Karangasem, Bali.
Bekas desainer produk di sebuah perusahaan ini menuturkan, tak semua menyukai idenya untuk membangun desa. Saat berencana menghidupkan sebuah desa, ide itu ditolak sang lurah. “Dia lebih muda dari saya, bahkan meminta saya untuk meminta maaf untuk hal yang saya gak tahu di mana kesalahannya.”
Baca: Pegiat Ekonomi Kreatif, Buatlah Branding yang Berakar pada Lokal
Keinginannya untuk membangun desa begitu besar. Ditolak di desa yang satu, ia mencari desa lain. Untungnya, seluruh masyarakat Desa Papringan Ngadiprono di Temanggung dan kepala desanya antusias dengan ide Singgih. “Semua mau terlibat dan bahu membahu membangun dan mengembangkan desa wisata,” kata Singgih.
Singgih yang sudah menuai sukses membangun radio kayu dan mendesain sepeda bambu, tetap berusaha mengembangkan desa wisata dengan akar kelokalan yang kuat. Ia memanfaatkan kekayaan alam di Desa Papringan dan meninggalkan unsur-unsur yang tidak bersahabat dengan kelestarian lingkungan.
Baca: Warga Desa Wisata di Karangasem Tak Punya Kulkas
Mulailah Singgih membuat Pasar Papringan yang memunculkan gagasan nostalgia Indonesia lawasan. Di pasar ini menjual berbagai jajanan pasar lawas seperti jenang dan dawet. Anak-anak disediakan play ground yang dilengkapi dengan ayunan dari bambu, permainan egrang, dan sepeda bambu yang disewakan untuk pengunjung.
Penjualnya harus mengenakan baju lurik, alat makan memanfaatkan batok kelapa, dan mata uangnya diubah menggunakan bambu. Suasana serba lawasan ini mampu menghadirkan ketentaraman desa yang guyub dan asri. Video Pasar Papringan yang mengingatkan kita kembali ke zaman perjuangan merebut kemerdekaan itu, kini viral di media sosial.