TEMPO.CO, Solo - Keripik brownies Legine bekerja sama dengan penjual ulang atau reseller untuk meningkatkan penjualannya. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) asal Solo ini memiliki reseller dari berbagai kota. Bisnis kulinernya mulai memperluas pasar di luar kota seiring dengan tingginya permintaan dari masyarakat.
"Reseller saya saat ini sudah ada di Cirebon, Sukabumi, dan Banjarnegara. Reseller paling jauh ada di Sumatera." ujar Dina Lestari Hanafi, pemilik keripik brownies Legine, di Solo, Kamis, 16 Agustus.
Selain mengandalkan reseller, ia juga melakukan pemasaran melalui bisnis online dan penjualan langsung. Secara online ia memasarkan keripik browniesnya di market place. Sedangkan penjualan langsung ia lakukan dengan mengikuti banyak pameran.
Baca: Ini Kendala Pegiat Ekonomi Industri Kreatif di Kabupaten Belu
Laris diburu penikmat kuliner, dalam satu hari ia bisa memproduksi sekitar 200 kemasan dengan berat masing-masing 80 gram. Ia mengatakan harga jualnya relatif terjangkau, mulai dari Rp12.000-15.000/bungkus. Sedangkan untuk bungkus kecil dijual dengan harga Rp5.000/bungkus.
"Untuk kepuasan konsumen dan menjaga pelanggan agar tidak lari, saya berupaya mempertahankan kualitas rasa. Saya tidak mau karena sudah laku, bahannya dikurangi dan akhirnya berpengaruh ke rasa," katanya. Ia juga melengkapi produknya dengan beberapa varian rasa, di antaranya chococip, almond, dan keju. Hal tersebut ia lakukan untuk menyesuaikan permintaan pembeli.
Baca: Bekraf dan Tempo Institute Kerja Sama Pendampingan Industri Kreatif
"Saya juga membuat kemasannya lebih menarik. Ini semua merupakan bimbingan dari Dinas Koperasi dan UMKM," ucapnya. Bahkan, ia berupaya memperkuat produknya dengan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia percaya dengan label halal orang semakin yakin untuk membeli.