TEMPO.CO, Jakarta - Tempo Institute bersama Bekraf (Badan Ekonomi Kreati) selama 3 bulan menyelenggarakan program Roadshow Workshop Storytelling untuk Komunitas Ekonomi Kreatif di 12 Kota. Acara dimulai awal Agustus ini sampai Oktober 2018. Program ini bertujuan meningkatkanan jejaring dan memperkuat komunitas industri kreatif di daerah.
Acara peluncuran program tersebut berlangsung di Hotel Arya Duta, Jakarta, Kamis, 26 Juli 2018. Menurut Direktur Tempo Institute Mardiyah Chamim, bentuk programnya adalah pelatihan storytelling dan pendampingan pada komunitas kreatif di daerah. “Kami percaya bahwa skill storytelling sangat berguna bagi komunitas kreatif untuk mendorong peningkatan nilai jual produk mereka,” kata Mardiyah dalam penjelasan programnya.
Baca: Bekraf Dukung Tempo Kembangkan Coworking Space
Kota-kota yang menjadi sasaran program tersebut adalah Padang, Sumatera Barat; Bandung Barat, Jawa Barat; Surabaya, Bojonegoro, dan Malang, Jawa Timur; Karangasem, Bali; Kupang, Belu dan Maumere, Nusa Tenggara Timur; Singkawang, Kalimantan Barat; Merauke, Papua; serta Kendari.
Hadir dalam acara peluncuran antara lain Wakil Kepala Bekraf, Ricky Joseph Pesik; Deputi Hubungan Antar Wilayah dan Lembaga, Endah Wahyu Sulistianti, serta Deputi Pemasaran Bekraf, Joshua Puji Mulia Simanjuntak.
Deputi Hubungan Antar Wilayah dan Lembaga Bekraf, Endah Wahyu Sulistianti, saat memberi sambutan dalam peluncuran program pendampingan produk kreatif bersama Tempo Institute di Hotel Arya Duta, Jakarta, Kamis, 26 Juli 2018. Foto: Fadli/Tempo Institute
Dalam sambutannya, Endah berharap roadshow workshop storytelling bisa menularkan tumbuhnya ekonomi kreatif ke daerah lain, yang belum terjangkau program ini. “Karena itu pendampingan terhadap komunitas ekonomi kreatif menjadi penting. Selain berlatih bagaimana menuliskan produk kreatifnya, mereka juga bisa menambah kemampuan manajerialnya,” kata Endah.
Menurut Endah, dalam ekonomi kreatif storytelling amat penting guna meraih nilai lebih sebuah produk. Dalam membuat storytelling dibutuhkan kreativitas mengisahkan proses sebuah produk secara menarik dalam bentuk tulisan.
Endah mencontohkan biji kopi dari Gunung Malabar, Bandung, Jawa Barat. Tanpa diberi narasi (storytelling), kata Endah, produk kopi tersebut hanya dihargai Rp 20 ribu per kilogam. “Ketika kopi itu dilengkapi dengan kisah bagaimana penanaman pada ketinggian sekian ribu meter di atas permukaan laut dan siapa petaninya, bagaimana cara panen, harganya bisa naik berkali lipat,” ujarnya.
Sedangkan Ricky Joseph Pesik berpesan, sebelum memulai kegiatan sebaiknya sudah teridentifikasi target komunitas ekonomi kreatif yang disasar. Misalnya target segmentasi, model produksi, modul pembelajaran, hingga permodalannya. “Modul pembelajaran secara online, selain memudahkan juga akan menjangkau lebih luas sasarannya,” kata Ricky memberi contoh.
Joshua menambahkan, yang perlu dicermati dari sisi pemasaran, yaitu channel apa saja untuk menyampaikan storytelling. "Produknya sudah ada, medianya tersedia, bagaimana cara mengoptimalkannya dan bagaimana pula supaya memberi dampak besar di level nasional," kata Joshua.
Strategi bercerita dengan mempertimbangkan waktu pendek, menurut Joshua, juga penting jika kisah itu tampil di Instagram yang durasinya hanya 1 menit. "Storytelling merupakan tantangan. Kami selalu mengingatkan kepada pelaku kreatif untuk menceritakan produknya," tutur Joshua mengenai program Bekraf dan Tempo Institute ini.